18 April 2010

Ketika Pak Mahbub Bertasbih 2

Membicarakan mengenai tulisan yang kemudian di alihkan ke layar lebar tidak begitu berkesan bagi saya. Apapun jenis tulisan itu baik novel, cerpen, cerbung, dan lain sebagainya. Film menghancurkan imajinasi yang susah payah saya reka pada sisi kanan otak saya. Saya ingat ketika pertama kali saya membaca Harry Potter. Imajinasi saya bergerak liar membayangkan berbagai macam hal aneh pada novel itu. Ada Hogwarts, Topi Ajaib yang berbicara, Pedang Gryffindor, dan lain sebagainya. Juga berbagai fisik karakter yang tertanam di jaringan sel kelabu saya mengenai tokoh-tokohnya. Harry Potter, Ron, Hermione, Dumbledore, Hagrid, Mad-Eye Moody dan bahkan Malfoy.
Namun semua imajinasi tadi hancur lebur ketika pertama kali saya menonton film Harry Potter. Sulit bagi saya membayangkan kembali tokoh dan setting yang saya ciptakan saat yang teringat di benak saya adalah setting dan tokoh pemeran Harry Potter di tipi. Bukan berarti karya yang mereka hasilkan jelek dan tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan, tidak seperti itu. Saya selalu menghargai hasil karya orang lain dan tidak pernah menganggap sepele akan hal tersebut. Yang menjadi masalah bagi saya adalah hilangnya kenikmatan berimajinasi karena semuanya sudah ada di pelupuk mata dan otak secara otomatis merekam semua tanpa memberi ruang bagi sedikit imajinasi untuk berkreasi.

Itu juga yang terjadi dengan novel Ketika Cinta Bertasbih. Saya menyukai novel ini karena bagi saya Pak Habiburrahman bercerita mengenai tokoh utama yang secara akademis tidak terlalu menonjol. yah sedikit sama lah dengan saya meski beda alasan. Kalo tokoh utamanya diceritakan karena sibuk berbisnis untuk menghidupi keluarga, kalo saya yah emang dari sononya. Satu lagi alasan kenapa saya menyukai novel ini seperti yang pernah saya ceritakan pada postingan saya Ketika Pak Mahbub Bertasbih (1) adalah kehadiran tokoh bernama Mahbub atau lengkapnya Pak Mahbub. Karena sejauh yang saya tau, mana ada novel yang menjadikan Mahbub sebagai nama salah satu tokohnya, apalagi dalam film. Tidak menjual bro!
Namun tokoh bernama Pak Mahbub ini juga yang akhirnya menuntun saya untuk menonton film ini. Terus terang saya penasaran, siapa kiranya yang akan memainkan peran sebagai Pak Mahbub, tokoh yang digambarkan sebagai tetua di kampung halaman si tokoh utama. Dan akhirnya rasa penasaran saya terjawab sudah. Sedikit kaget juga ternyata yang memainkan peran ini adalah Gito Gilas karena setau saya mas Gito ini ga terlalu tua-tua banget. Atau karena pengaruh mukanya yang memang blm menunjukkan tanda-tanda penuaan? Atau cuma ingatan saya mengenai Gito Gilas saja yang membuat saya kaget setelah sekian lama saya tidak melihatnya? Entah.
Saya juga membayangkan siapa yang akan menjadi Bu Mahbub Dalam film ini yang ternyata diperankan oleh Cici Tegal (saya tersenyum sembari melirik ke arah istri saya). Berusaha keras sekuat tenaga mengusir bayangan kalo 40 tahun lagi Cici Tegal yang akan membuatkan kopi untuk saya. saya kemudian sadar satu hal lain yang tidak pernah saya perhatikan sebelumnya. Ternyata Asmirandah memang sangat cantik! Jauh lebih cantik dari artis manapun yang saya tau. Bahkan jauh lebih cantik dari yang saya lihat di tipi.


Tapi tentu saja tak secantik CIci Tegal.

No comments:

Post a Comment