22 September 2010

rakyat yang punya mobil

Kemarin, dari siang sampe sore hujan. Awalnya lumayan deras. Lama kelamaan ga begitu. Hanya ga berenti. Terus saja hujan sampe menjelang maghrib. Alhamdulillah. Palembang jadi lumayan sejuk.

Karena hujan ga berenti. Saya dimintain tolong sama ayuk ipar saya. Menjemput bak pulang kerja. Bapaknya ayuk ipar saya. Juga orang tua istri saya. Yang otomatis jadi orang tua saya juga. Sedikit kagum sama bak. Lumayan banyak sih. Di usianya yang mungkin sudah 70an lebih, beliau masih sanggup kerja. 8 jam. Setiap hari. Tanpa libur. Termasuk sabtu dan minggu. Bahkan ketika lebaran pun masih sempat datang ke tempat kerja. Meski hanya sebentar. Tidak seperti hari biasanya.


Hujan-hujan begini, jalanan pasti macet. Mana harus pake xen*a. Takut lecet. Tapi demi bakti saya kepada orang tua, ah tak mengapa. 
"Di, ngapo idak kau be yg jemput?" itu saya ngomong ke adi, adik ipar saya.
"ai kak dak berani aku. Macet. Saro nyetir."
Saya maklum. Saya juga masih ga terlalu berani. Mana SIM ga punya. Oh iya. Saya tidak bermaksud pamer. Soal mobil barusan. Itu bukan punya saya. Itu punya ayuk ipar saya tadi. Tapi bagi yg tadi sempat husnudzon kalo itu punya saya, ya terima kasih. Amin...

Saya pun mulai memanaskan mesin. Mesin mobil, bukan saya. Popot pengen ikut. Popot ini keponakan saya. Nama lengkapnya Jasmine Afifah Safinatunnajah Inayah. Umurnya sedikit lebih tua dari Fariha. Itungan bulan. Saya, Adi, dan Popot siap berangkat. Pas udah mau nginjak gas. Popot nangis. Ga jadi ikut. Disangka kita mau berangkat rame-rame. Sama Fariha, Faaiz, dan Umi. Serta ayuk ipar saya. Ternyata tidak. Cuma saya dan Adi. Yah Popot juga ga jadi mau ikut.

Awal perjalanan sampe ke tempat kerja masih lancar. Sebelumnya saya udah liat kalo jalan pulang bakal macet. Sambil berdoa mudah-mudahan begitu nanti pulang macetnya berkurang. Ah ternyata tidak. Masih saja macet. Padat merayap. Capek dikaki. Gas rem kopling. Harus konsisten.

Tiba-tiba terlintas dibenak saya. Datang begitu saja. Solusi untuk mengatasi kemacetan. Untungnya manusia dianugerahi kemampuan melakukan dua hal sekaligus. Hingga datanglah inspirasi selagi saya nyetir. Untuk mengatasi kemacetan, menurut saya yang harus dilakukan adalah memperlebar tapi bukan jalan. Ialah trotoar. Perlebar trotoar menjadi 3 kali lipat dari biasanya. 2 kali untuk pejalan kaki dan 1 kali untuk pedagang. Silahkan pedagang berjualan dengan catatan harus rapi dan bersih. Buat trotoar menjadi senyaman mungkin. Tanam pohon disepanjang trotoar. Bila perlu sediakan kanopi. Agar pejalan kaki tidak harus kepanasan apalagi kehujanan.

Pada setiap 500 meter trotoar, disiapkan petugas khusus untuk berjaga-jaga. Jangan sampai ada kendaraan baik roda dua maupun roda empat yang berusaha melewati trotoar. Juga disiapkan sanksi bagi yang melanggar. Uang sebesar 20ribu bagi kendaraan roda dua dan 50ribu bagi kendaraan roda empat. Petugas akan saya perbolehkan menyimpan uang tersebut. Halal. Atau push-up. Tidak usah banyak-banyak. Minimal 30 kali untuk usia 40tahun kebawah dan minimal 10 kali untuk 40tahun ke atas. Serta minimal 5 kali kalau pelanggar merupakan seorang wanita.

Itu kalau saya jadi salah satu penguasa. Yang memang berkuasa. Bukan cuma label doang. Tapi hanya boneka orang lain. Saya tidak mau seperti itu. Maka saya kira aturan tersebut akan membuat orang lebih memilih untuk jalan kaki daripada naik kendaraan pribadi. Pada akhirnya otomatis kemacetan akan berkurang. Kalau pun ternyata apa-apa yang saya ungkapkan barusan ternyata tidak mengurangi kemacetan. Tentu saja. Saya tidak akan peduli. Karena saya itu pemimpin. Pemimpin para pejalan kaki. Yang biasanya rakyat kecil. Bukan rakyat yang punya mobil.

Itu mimpi. Karena saya bukan pemimpin sebuah negara. Atau bahkan suatu kecamatan. Saya pemimpin keluarga saya. Itu sudah cukup. Karena memimpin keluarga saja sudah susah. Jadi saya tidak mau direpotkan dengan memimpin sesuatu yang lebih besar dari sebuah keluarga. Lagian juga saya kira tidak perlu aturan yang susah untuk mengatasi kemacetan. Balik ke diri masing-masing. Kalau semua mau mengalah sedikit saja. Saya kira selagi macet melanda tetap akan ada kesejukan dihati. Yang punya mobil bagus mau mengalah pada yang punya mobil kurang bagus. Yang punya mobil mau mengalah kepada yang pake motor. Yang pake motor mau mengalah pada pejalan kaki. Sehingga akan tercipta kedamaian di tengah kemacetan. Syukur-syukur macetnya menghilang.

Semoga...

No comments:

Post a Comment