04 June 2012

Kopi Pahit

Hujan kembali bersenandung. Rinai kecil menghempas bergemericis. Titik-titik halus berjatuhan. Udara mengepakkan sayap menyisir kulit.


Sejuk. 
Dingin. 
Kunikmati sembari menulis dengan didampingi kopi hangat. 
Asapnya mengepul. Menguar. Membentuk gumpalan-gumpalan yang seketika bersembunyi ketika ku hembuskan nafas.


Duduk merenung. Berfikir. Dingin seperti ini masih bisa ku atasi. Dengan suguhan kopi panas dan jaket tebal serta atap tempat berlindung.


Adakah yang melindungi mereka disana? Anak-anak jalanan itu. Oh ya mereka seharusnya dipelihara negara. Negara yang terkadang menganggap mereka hama yang harus dienyahkan. Melihat mereka meminta belas kasihan bermodal gemericik tutup botol bekas. Terkadang masih ada manusia yang bahkan memberikan senyum pun tak terlintas.


Apa yang bisa kulakukan? Tidak ada. Sekuat apapun usaha. Aku terbatas oleh batas yang mungkin tanpa sadar kuciptakan sendiri.

Kopi yang kuhirup terasa makin pahit.

No comments:

Post a Comment