15 April 2009

Ada Surga di Stamford Bridge

Kita masih belum bisa memastikan apakah di surga ada sepak bola, namun yang jelas gw baru saja menjadi saksi salah satu keindahan surga terhampar di lapangan sepakbola Stamford Bridge saat menyaksikan pertandingan leg kedua perempat final Liga Champions antara Chelsea vs Liverpool.

Skor akhir 4-4 hanya sekedar representasi bagaimana dahsyatnya duel kedua tim sepanjang laga. Skill yang memikat, insting mencetak gol, ketepatan membaca permainan, sampai kejeniusan pelatih tersaji disini. Tidak ada yang kalah. Hanya keberuntungan di leg 1 yang memastikan langkah Chelsea ke perempatfinal.

Turun tanpa kedua kapten tim masing-masing ternyata tidak mengurangi intensitas serangan kedua tim. Dua gol yang dicetak oleh Fabio Aurelio dan penalti Xabi Alonso di babak pertama sempat membuat Guus Hiddink ketar ketir. Bagaimana tidak, Chelsea tidak berhasil mengkreasikan peluang berarti di babak pertama ini. Statistik mencatat penguasaan bola Chelsea hanya 41% berbanding dengan Liverpool yang menguasai 59%.

Entah apa yang dikatakan Guus Hiddink untuk memotivasi anak asuhnya, namun di babak kedua yang terjadi adalah surga. Satu gol sensasional membuktikan naluri seorang Didier Drogba. Lalu kemudian tendangan keras Alex menghujam gawang Reina. 2-2. Lalu disusul sebuah gol dari Lampard seperti akan membunuh Liverpool.

Ternyata drama tidak berhenti sampai disitu. Sepasang gol kembali dihadirkan Liverpool lewat Lucas dan Kuyt. Liverpool hanya butuh satu gol lagi untuk lolos. Namun disinilah letak perbedaan Liverpool dan Chelsea. Sehebat apapun tim, mereka harus memiliki seorang pemain yang menjadi nyawa tim. Di Stamford Bridge, kehilangan Gerrard adalah neraka bagi Liverpool. Tapi Chelsea tidak kehilangan itu seutuhnya. John Terry merupakan tembok pertahanan sekaligus Kapten Chelsea. Kehilangan John Terry berarti kehilangan batu karang keras untuk menahan gempuran Liverpool. terbukti dengan 4 gol yang bersarang di gawang Cech. Tapi di Chelsea, nyawa tim adalah Frank Lampard bukan John Terry. Di Chelsea menumpuk pemain tengah dengan kualitas world class. sebut saja Deco, Ballack, atau bahkan Essien tapi peran Lampard takkan tergantikan. Sejelek apapun permainannnya, Lampard adalah nyawa, Lampard adalah ruh, bahkan Lampard adalah Chelsea itu sendiri, dan Guus Hiddink sadar benar itu. Satu gol akhir yang dibuat Frank Lampard menutup pertandingan sekaligus menyadarkan Liverpool untuk kembali melihat kenyataan. Gol tersebut juga mengejawantahkan Lampard sebagai nyawa Chelsea.

Skor akhir 4-4 dengan agregat 7-5 membawa Chelsea menghempaskan Liverpool.

Ini adalah salah satu partai terbaik atau bahkan yang terbaik tahun ini. Gw, Bapet, dan Paijo, serta 1 orang figuran (sori pet, gw lupa nama temen lo) beruntung menikmati pertandingan ini. Tidak ada yang kalah disini. Pertandingan yang menarik selalu menghadirkan pemenang tapi bukan Chelsea atau Liverpool melainkan sepakbola itu sendiri.

2 comments:

  1. Anonymous5:15 PM

    ralat sedikit, bung
    frank lampard semalam mencetak dua gol, dan sebenarnya kalo boleh jujur permainan lampard jika nilainya di ukur dengan game FM2009 nilainya 6,5 itup pun terbantu dengan dua gol ala "momox jaya" yang dicetaknya..

    ReplyDelete
  2. justru itu yang menjadi bukti sahih kalo Lampard itu ruh Chelsea. Dengan permainan biasa2 dia bisa mencetak 2 gol. semangat juangnya bagi chelsea menjadikannya sebagai ruh permainan the blues dan hiddink sadar itu makanya sampe akhir, Lampard ga di ganti

    ReplyDelete