09 September 2008

Awal Cahaya Kebahagiaan

Banyak yang mengatakan kalo gw telah mengambil langkah penuh resiko tanpa pikir panjang saat gw memutuskan untuk mendampingi bini gw melewati hari-hari kehamilan sampai waktu melahirkan tanpa harus mengabaikan pekerjaan gw di kantor. Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan komitmen seperti itu. Malah menjadi sesuatu yang sudah seharusnya. Namun yang jadi sedikit masalah adalah kantor gw itu lokasinya agak jauh dari Palembang dimana keluarga kami bermukim. "Hanya" mengarungi dua gugus pulau untuk kemudian menaiki bis selama kurang lebih 12 jam barulah sampe ke tempat gw ngantor. Sintang. Sebuah kota kecil di wilayah kalimantan barat yang dibelah dua aliran sungai kapuas dan melawi. Otomatis lah kalo gw mau dua-duanya ga terbengkalai, gw harus ngebawa kerjaan gw ke Palembang (which is ga mungkin...) atau ngebawa bini gw ke sintang. dan jelas pilihan terakhirlah paling logis. Dan ini bukanlah sebuah langkah ketergesa-gesaan, tanpa pemikiran yang fokus ataupun tanpa perenungan mendalam. Sejak awal gw tau bini gw hamil sampe sekitar 7 bulan usia kehamilan adalah masa-masa pergelutan gw dengan pemikiran gw. Antara keinginan gw untuk selalu berada disamping bini gw dan tanggung jawab gw untuk memberikan yang terbaik untk kelahiran dan keselamatan anak bini gw.

No comments:

Post a Comment