19 August 2008

Merah Putih Yang Berkibar di Halaman Rumah Gw

Sedikit aneh saat gw mengibarkan merah putih di halaman rumah dinas yang gw tempati. Selama ini gw ga pernah turun langsung mengibarkan merah putih, dimanapun. Di rumah gw, Sang Jenderal yang mengibarkan. Di kos-kosan, bapak kos gw yang masang. Di kantor juga bukan gw yang sibuk menaikkan. Di sekolah apalagi, dulu pas masih SD suara gw terlalu merdu untuk di sia-siakan jadi kalo ada upacara, gw biasanya ditaroh kalo ga baca UUD 1945 atau baca doa (bilang aja tinggi lo ga kena buat jadi pengibar, titik ).Jadi ketika kemaren gw ngeliat pada tanggal 17 Agustus pagi didepan rumah gw ga ada merah putih yang berkibar kok rasanya aneh. Langsung aja gw nyari bendera ke pasar, ketemu. Trus ngeliat kayu di samping rumah manci ga kepake. Langsung gw ikat bendera dan gw dirikan tiang nya untuk kemudian menyaksikan merah putih yang berkibar di halaman rumah gw.



Dibilang nasionalis sih ga juga. Kalo kata iklan sih, orang punya pandangan berbeda mengenai pengertian nasionalis itu sendiri. Ada yang bilang vokal tapi bertanggung jawab, jujur, dsb. Bahkan gw ga bisa mendefinisikan nasionalis versi gw sendiri selain dari definisi yang ada di buku PSPB. Kadang juga gw masih make bahasa sok inggris. Atau make bahasa Indonesia juga masih belum bisa bener. Jadi kalo ada yang bilang gw nasionalis, tolong definisikan dulu nasionalis.



Trus kenapa repot2 ngibarin bendera? mending tidur, toh kalo ga dipasang juga ga da yang marah. Kalo ada perang mustahil kita ga ikutan misal kayak jaman dulu melawan penjajah.

Kenapa?



Gw cuma menghargai para pahlawan yang meneteskan darah demi terkibarnya merah putih di seluruh nusantara. Dan dari pahlawan-pahlawan itu, gw berani menjamin, banyak ulama-ulama Indonesia yang turun langsung mengorbankan semangat jihad ke medan perang.



Kalo gw mengartikan merah putih itu sendiri seperti saat SD dulu, merah artinya berani dan putih artinya suci dalam artian bahwa kemerdekaan kita diraih dengan tawakal. Merah itu berani menggambarkan kerja keras dan usaha serta putih itu suci menggambarkan jiwa spiritualitas kita dengan doa. Jadi kemerdekaan bangsa Indonesia diraih dengan usaha dan doa.



Gw inget dulu pas gw masih magang kan ada upacara bendera pas 17 agustus. Gw dan rombongan temen2 ga ikut upacara. Alasannya sih simpel, karena males. Tapi kemudian ada temen gw yang ngelapor kalo ada temennya temen gw itu juga ga ikut upacara (bisa dicerna kan kalimat gw). Hanya alasannya bukan karena males tapi karena ga mau hormat ke bendera.



Gw pikir alasannya sedikit tidak logis ya. Apapun alasan dibalik tidak mau nya mereka hormat ke bendera, itu tidak bisa dibenarkan. Bendera itu bisa berkibar dan berdiri tegak didepan rumah kita atau pada upacara bendera bukan dengan mengorbankan uang puluhan miliar, bukan itu. kita disini bicara mengenai darah pejuang bung!! tetesan yang mengalir demi berkibarnya merah putih di seluruh nusantara. Kita tidak bicara pengorbanan materi, bukan itu. Kita disini bicara mengenai nyawa mujahid bung!! Berapa banyak anak-anak yang menjadi yatim karena kehilangan orang tuanya dalam perang. Berapa liter air mata ibu yang tumpah karena kehilangan buah hatinya untuk memperjuangkan merah putih ini. Sangat disayangkan karena mereka yang ga mau hormat ke bendera itu mereka yang dihormati karena dilihat sekilas dari janggut yang menempel di dagu mereka seharusnya adalah pemuda-pemuda yang memiliki pengetahuan agama cukup mumpuni. Dan tidak menghormati merah putih adalah sangat menyakitkan bagi ulama-ulama dan pejuang yang telah gugur membela tanah air. Seolah-olah apa yang mereka lakukan itu ga ada artinya.



Kalaupun akhirnya Republik Indonesia tidak berjalan sebagaimana cita-cita para pahlawan. Jauh melenceng dari apa yang dulu pernah dibayangkan, adalah tugas kita untuk meluruskan cita-cita perjuangan. Adalah PR bagi kita untuk menjadikan merah putih menjadi layak buat kita hormati menurut idealisme kita masing-masing.



Jadi dengan adanya bendera di halaman rumah anda itu artinya anda seorang nasionalis? kembali gw tegaskan, adanya merah putih yang berkibar di halaman rumah gw tidak otomatis menunjukkan kalo gw seorang nasionalis. gw hanya mensyukuri kemerdekaan yang di proklamasikan pada hari Jumat Romadhon. Mensyukuri apa-apa yang telah susah payah diperjuangkan generasi terdahulu untuk kita nikmati hasilnya meski pada kenyataannya kemerdekaan ini belum merata ke seluruh nusantara.



Jika kemudian ada yang bilang gw nasionalis gimana...???







Yah... Dibilang nasionalis juga ga ada salahnya

2 comments:

  1. waduh tulisan lo ngena bgt ya..secara gue tuh pendek jadi dulu audisi jd paskibraka eh suruh jd pemimpin upacara.katanya badan gue kecil tapi suara gue kenceng..hehe..iket kali kenceng
    salam kemerdekaan

    ReplyDelete
  2. hahahaha... sesama pendek dilarang saling ngatain wakakakaka...
    salam kemerdekaan (wah udah lama bgt ya komennya).

    ReplyDelete